Tolong & Bantu Pasien Covid-19


Covid-19 sudah melanda bumi sejak awal 2019 dan menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Banyak negara kewalahan bahkan “kalah” dengan serbuan “virus abad 21” ini. Di Indonesia sendiri, penyikapan maupun penanganan nya belum bisa dikatakan berhasil, paling tidak hingga saat ini. Tentu tanggung jawab penanganan pandemi ini gak bisa sepenuhnya diserahkan kpd pemerintah, walau punya kewenangan dan peran sangat besar dalam memimpin “persahabatan” dg covid-19 ini

Covid-19 ini boleh jadi lebih hebat dan “berbahaya” jika dibandingkan dg bahaya lainnya seperti teroris ataupun musuh negara. Wujudnya nyata, tapi tidak terlihat, tidak teraba bahkan tidak berbau. Lebih dari itu di banyak kasus bisa menyebabkan pasien kehilangan indra penciuman dan rasa. Tapi covid-19 ini juga gak bisa disikapi sebagai “teroris” ataupun “musuh” negara.

Data yang diunduh tgl 10 Juli 2021 pk. 12.09. Sumber: https://covid19.go.id/peta-sebaran

Sudah banyak korban berjatuhan. Dari mulai tenaga kesehatan, sukarelawan, sahabat, bahkan anggota keluarga kita sendiri. Data per 10 Juli dari covid19.go.id menyebutkan terdapat 64.631 pasien covid-19 yang meninggal dunia (2,6%) dan 367.733 kasus aktif (15%). Tentu kita sangat prihatin dengan kondisi ini, terutama dengan situasi ketersediaan kamar di Rumah Sakit, baik yang kemerlukan penanganan khusus maupun untuk isolasi. Kesulitan semakin bertambah karena keterbatasan tabung O2 maupun melambungnya harga obat2an.

Namun kita harus tetap optimis, tenang dan semangat, karena dari di atas, ada lebih dari 2.000.000 pasien covid-19 yang berhasil sembuh. Angka itu sama dengan >82% dari total angka  terkonfirmasi (2.455.912).

Banyak hal baik dan hikmah dibalik kehadiran covid-19 ini. Kita dipaksa utk hidup lebih teratur, bersih, sehat dan menghargai alam serta lingkungan. Kita dipaksa untuk lebih banyak berinteraksi dengan keluarga dan tentu dengan Sang KHALIK, pencipta alam semesta, termasuk tentu saja Covid-19. Yang selama ini kita terlalu banyak ada “di luar”, yang hidup “serampangan”, yang kurang / bahkan tidak peduli dg alam dan lingkungan, dengan kehadiran covid-19 ini, semua memaksa kita -MANUSIA- untuk BERUBAH!

Masyarakat luas, para informal leader; ulama, tokoh2 agama, pemimpin masyarakat dan KITA SENDIRI, baik sebagai anggota masyarakat maupun pemimpin keluarga, justru punya peran strategis dan taktis di tingkat paling awal dalam struktur masyarakat. Dukungan dan peran KITA sangat menentukan keberhasilan dalam menyikapi dan mengatasi pandemi covid-19 yang kian hari semakin beragam tantangannya

Kalau di militer kita punya pasukan cadangan -KOSTRAD-, ada Bela Negara, kini saatnya kita terlibat, tergabung dan masuk dalam “Pasukan Bela Negara-Covid19”. Apa militer saja yg kita turunkan? Bisa saja., dan sudah banyak sekali terlibat bahkan sejak awal. Hanya sebagaimana di atas pandemi ini adalah tanggung jawab KITA bersama, maka KITA juga harus terlibat aktif. Dan perlu ada dukungan sistem informasi / aplikasi yang terintegrasi, termasuk data-data para penyintas Covid-19 (lebih dari 2 juta) yang bisa kita libatkan sebagai Pendonor Konvalesen. Fungsi tentara dengan Pasukan Cadangannya bisa kita mintakan bantuan, tapi jangan lupa tugas utamanya. Tetap fokus utama menjaga potensi serangan dan ancaman dari luar

ilustration by najmaqn https://www.instagram.com/reel/CRD4CVCDvj0/?utm_medium=copy_link

Itu sebabnya kita jangan memusuhi covid-19. Kita hanya perlu menyikapi dengan bijak dan lebih “bersahabat” serta bersatu padu untuk menghadapi pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini. Jauhkan perbedaan dan berbagai kepentingan. Satu-satunya kepentingan adalah KITA harus bersama-sama, bersatu padu dan bergotong royong dalam menangani pandemi yang melanda dunia ini. Nilai-nilai PANCASILA sangat kental dan relevan dengan kebutuhan kita bahkan DUNIA saat ini untuk kita implementasikan!

Kini saatnya KITA bergerak. BERSAMA-SAMA!!!

Buka Puasa Karyawan LCTN Bersama Anak Yatim


Bertempat di pabrik PT. Lotte Chemical Titan Nusantara (LCTN), telah dilaksanakan kegiatan Buka Puasa Bersama dan santunan kepada anak-anak Yatim di sekitar lokasi Perusahaan.

Buka puasa bersama anak yatim


Dihadiri oleh 80 anak Yatim bersama sekitar 30 orang tokoh masyarakat di wilayah Kelurahan Rawaarum dan Gerem, kegiatan yang rutin dilaksanakan tiap tahun ini mengambil tema; “Memberikan kebahagian untuk mencapai keberkahan di bulan Ramadhan” #LCTN #LotteChemicalCorporation #Indonesia

Surat Perintah 11 Maret 1966

Dalam sejarah Republik Indonesia yang kini sudah berusia hampir 79 tahun, diwarnai pasang surut politik maupun ekonomi, dua faktor yang satu sama lain sering kali terkait dalam perjalanan sebuah bangsa. Sejarah mencatat terjadinya “peralihan kekuasaan” dari Presiden Soekarno saat itu kepada Jenderal Soeharto, melalui sebuah mekanisme “Surat Perintah Sebelas Maret” atau yang sering kita kenal dengan sebutan Supersemar.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa “Supersemar” tersebut tidak ada tanda tangan Bung Karno dan bukan dibuat di atas kop surat Kepresidenan, namun Angkatan Darat

Hari ini; 11 Maret 2024, atau 58 tahun setelah dikeluarkannya Supersemar, peristiwa “peralihan kekuasaan” tsb masih menjadi misteri. Diawali dengan situasi ekonomi yang sulit paska terjadinya Gerakan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia tanggal 30 September 1965 (G-30-S/PKI), situasi politik dan ekonomi semakin mengkhawatirkan pemerintah Republik Indonesia dan semakin menempatkan posisi serta kekuatan Presiden Soekarno dalam ancaman yang serius.

Persaingan dan upaya “perebutan kekuasaan” pun semakin terlihat antara PKI dengan Angkatan Bersenjata selama beberapa bulan sejak G-30-S/PKI tsb hingga pada Sidang Kabinet yang berlangsung di Jakarta pada 11 Maret 1966, terjadi demonstrasi mahasiswa –yang didukung / lindungi tentara. Saat demonstrasi berlangsung, muncul pasukan tanpa identitas / lencana mengepung Istana Kepresidenan. Belakangan diketahui bahwa pasukan tanpa identitas tsb adalah Pasukan Khusus Angkatan Darat.

Demonstrasi mahasiswa dan munculnya pasukan khusus tersebut memaksa Presiden Soekarno “menyelamatkan diri” ke Istana Kepresidenan di Bogor. Sore harinya tiga jenderal Angkatan Darat; Mayjen Basuki Rahmat, Menteri Veteran dan Demobilisasi; Brigjen M. Yusuf, Menteri Perindustrian Dasar dan Brigjen Amir Machmud, Komandan Kodam ke-5, mengunjungi Soekarno – yang ditemani oleh Wakil Perdana Menteri, Johannes Leimena, Chaerul Saleh dan Soebandrio.

Saat kunjungan 3 Jenderal tsb lah, Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar.

Menurut kesaksian salah satu pengawal kepresidenan di Istana Bogor, Letnan Satu (lettu) Sukardjo Wilardjito, menyatakan bahwa perwira tinggi yang hadir ke Istana Bogor pada malam hari tanggal 11 Maret 1966 pukul 01.00 dinihari waktu setempat bukan tiga perwira melainkan empat orang perwira yakni ikutnya Brigadir jendral (Brigjen) M. Panggabean.

Berbekal Supersemar tsb, Letnan Jenderal Soeharto –yang saat itu menjabat sebagai Menteri / Panglima Angkatan Darat dan berusia 45 tahun- keesokan harinya langsung memberlakukan larangan / pembubaran PKI dan pada 18 Maret 1966 menangkap 15 menteri loyalis Soekarno. Letjen Soeharto pun segera mengubah komposisi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan setahun kemudian tepatnya di bulan Maret 1967, MPRS mencopot kekuasaan Soekarno dan menunjuk Soeharto sebagai Pelaksana tugas Presiden.

.

Seakan “sejarah berulang” –menyusul krisis ekonomi dan politik serta desakan demonstrasi mahasiswa-, setelah diangkat kembali menjadi presiden untuk periode yang ketujuh kalinya, Soeharto terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden dan lengser tepat pada 21 Mei 1998. (dari berbagai sumber)

Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998.

Negarawan Muda

Berlangsung di Depok, kegiatan Kemah Negarawan Muda menyertakan lebih dari 100 orang peserta yang terdiri dari berbagai siswa tingkat SMU dan yang sederajat se-Jabodetabek. Kegiatan yang digagas oleh relawan turun tangan bekerja sama dengan KAHMI dan FASTA (Forum Alumni Siswa Pencinta Alam Jakarta) itu terselenggara sejak 18-21 Desember 2018.

Pada kegiatan Kemah Negarawan Muda tsb saya -mewakili FASTA- mendapat kesempatan menyampaikan materi tentang Wawasan Lingkungan kepada para peserta yang di luar dugaan saya, sangat antusias mengikuti kegiatan tsb. Semoga kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara rutin dan memberikan kontribusi bagi pendidikan cinta alam dan negeri bagi para generasi muda penerus bangsa yang memiliki wawasan dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Selalu menarik bicara tentang anak muda. Tidak heran kalau Proklamator Republik Indonesia – BUNG KARNO – pun berujar dalam pidatonya setelah dibebaskan dari penjara Sukamiskin saat menghadiri Kongres Indonesia Raya di Surabaya pada 31 Desember 1931; “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia